Review Buku: Tiga Hal Yang Diabaikan Saja Saat Membaca Buku Sepok Tige #Sepanyol #Andalusia
Ini buku Pay Jarot Sujarwo, ditulis dengan bahasa Melayu negeri Pontianak, bercerita tentang perjalanan si penulis ke Negara Spanyol, bersisipkan sejarah dalam sudut pandang Islam dan yang pasti buku ini lucu. Tak perlu panjang lebar, begitu saja review yang bisa saya berikan. Kalau mau lebih tau banyak dan meraih kesan penggambaran yang kuat khas buku travelling, dan ingin membaca buku yang berbeda dari tulisan – tulisan perjalanan keliling dunia dalam sudut pandang Islam alaAsma Nadia silahkan beli dan baca buku ini.
Nah, bagi yang ingin membaca buku Sepok Tige #Sepanyol #Andalusia ini, saya sarankan untuk mengabaikan tiga hal berikut:
#Pertama, kamu bisa abaikan Sampul nya
Jangan nilai buku dari Sampulnya, begitu kata pepatah, tapi di zaman ini siapakah yang bisa mengabaikan penampilan? Bukankah dari penampilan lahir sebuah ilmu yang disebut Desain? Tapi abaikan saja saat kamu membaca buku Sepok Tige ini, tak perlu juga dibahas sampai membuat kamu berlama – lama di covernya. Agar sidang pembaca sekalian bisa mengabaikan, baiknya saya beri tahu bahwa cover buku ini melanjutkan ‘tema’ utama dari buku Sepok dan Sepok Duak! #Belande. Foto Pay (yang kali ini berada disebuah pintu besar di Spanyol) sebagai fokus utama. Beda-nya, bila dua seri sebelumnya cenderung ‘ala kadar’, dibuku ketiga ini bagian desain cover mencoba memainkan huruf yang dalam ilmu desain—rasanya—disebut Typhography. Walau masih sederhana. Salut buat Fachrurrazy Salim yang menggawangi bagian ini.
Namun sayang, tak seperti dua buku sebelumnya, Cover buku Sepok Tige ini tak lagi memiliki efek emboss—huruf timbul. Tapi sekali lagi, demi kualitas buku yang menjanjikan kamu keram perut dan bisa pingsan ketawa gaya Melayu, abaikanlah Covernya.
#Kedua, kamu bisa abaikan tebal bukunya.
Buku ini tebal, tapi tak setebal Muqaddimah Ibnu Khaldun, 283 jumlah halamannya. Sekira 130an halaman lebih tebal dari dua buku sebelumnya. Dengan kertas bookpaper, buku ini nyaman dibaca karena tak secerah hvs hingga tak membuat mata lelah dan tak pula seburam kertas buram yang membuat hati makin muram. Kamu perlu mengabaikan tebal halaman ini, karena setelah halaman Bismillah dan Ayat motto, percayalah kamu tak akan melewatkan satu halamanpun karena lelah. Sepok Tige #Sepanyol #Andalusia ini padat merayap. Dan LPM (Laugh Per Minute) nya rapat, serapat anggota DPRD yang mau dilantik, Eh. Jadi abaikan tebal halamannya, kalau masalah hurufnya yang rapat, yah terima saja.
#Ketiga, Kamu bisa abaikan foto Pay Jarot Sujarwo di halaman 278
Saya menyebut buku Sepok Tige #Sepanyol #Andalusia ini buku Sepok Taubat. Ya, karena Sepok satu dan dua Pay masih santai dalam ‘kebebasannya’. Nah di Sepok Tige ini, nampak perubahan besar dalam cara pandang sang aku yang dulu mendaku itu. Efek perubahan cara pandang itu adalah semangat Pay dalam memberitahukan beberapa fakta sejarah yang sengaja dikaburkan dari pelajaran sejarah kita, dan tentu saja ini ada sangkut pautnya dengan Islam. Pay lewat buku Sepok Tige ini secara sadar menyiarkan Islam, tentu saja dalam gaya nya yang meletop-letop itu. Dan saya bersyukur.
Maka kamu perlu mengabaikan fotonya di halaman 278, karena foto Pay dihalaman itu adalah foto dirinya yang sekarang. Tak perlu terlalu dipikirkan bagaimana dia bisa berubah dari demikian kepada yang demikian. Abaikan dan cukup baca saja buku ini, mudah – mudahan sidang pembaca sekalian menemukan cerita perubahan itu, siapa tahu pula bisa ikut dalam proses hijrahnya.
Sebenarnya masih banyak yang bisa kita abaikan dari buku Sepok Tige #Sepanyol #Andalusia yang baru terbit dan laku—selaku kembang api dibulan Ramadhan. Tapi cukup tiga saja yang saya tuliskan, itupun dengan efek sidang pembaca sekalian malah makin sadar dengan tiga hal itu. Tak apalah, selamat membaca (karena bulan puasa, utamanya baca Al Quran dulu baru baca buku ini) dan mohon maaf lahir dan batin. Salam Sepok, Salam Orang Ketapang.