Pesulap paling ahli itu bernama...

Dan jika hari ini sekali lagi keajaiban di lemari mu terjadi—kamu lihat pakaian kotor yang kau letakkan dibaskom telah tersaji rapi berseterika didalamnya—harusnya kamu tahu juga kalau ibu (atau ayahmu) juga telah bersusah payah agar ‘trik’ itu bisa terjadi.
Pun begitu pada nasi goreng untuk sarapan, pada ayam yang siap disantap juga uang SPP yang selalu terlunasi—itu semua keajaiban—yang disajikan orang tuamu dengan sekuat tenaga. Dan kamu hanya perlu sebuah mantra yaitu “Bu, aku perlu...” “Bu, belikan itu...”
Untuk kamu tahu—sekali lagi—tak ada yang terjadi tiba – tiba seperti alat yang dikeluarkan doraemon dari kantongnya. Segalanya berproses, dan proses itu butuh kesabaran dan susah payah orang tua (juga tentu saja uang)—bahkan doraemon perlu membeli alat di masa depan untuk membantu nobita kan?
Sayangnya sang pemegang mantra—yaitu kamu—sama saja kelakuannya dengan Nobita, sama – sama manja dan taunya hanya merengek bila kebutuhan tak dicukupi. Tanpa mau tahu kalau mungkin saja orang tua mu perlu menjual telur ayam buat memenuhi kebutuhanmu.
Dan begitu telah merasa cukup besar untuk mengungkapkan keinginan, beberapa anak (semoga itu bukan kamu) dengan tega membentak ayah dan ibu hanya karena mereka tak sejalan dengan keinginan orang tuanya. Bayangkan kecewanya mereka.
Pahamilah dulu bahwa Ayah berkerja untuk memenuhi kebutuhan—dan keinginanmu. Ibu juga begitu, terkadang ibu malah berkerja dua kali lipat dibanding ayah—ia harus bangun lebih pagi, setelah salat subuh ibu harus masak, menyiapkan makanan kesukaanmu, membangunkan kamu tidur (dan itu masih harus dengan menghadapi kemalasanmu), menyiapkan bekal dan kemudian memastikan kamu pergi sekolah dengan sempurna. Setelah itu apa ibu istirahat sambil nonton TV? Tidak, ada yang pergi ke pasar dan ada pula yang pergi ke kantor/sekolah. Segala yang tampaknya terjadi begitu saja disekelilingmu ternyata ada proses; dan proses selalu membutuhkan waktu dan tenaga—dan juga biaya.
Dan tiba – tiba kamu melawan mereka? Pernahkah kamu berpikir bahwa bentakan atau sikap dinginmu pada orang tua begitu menyiksa mereka? Mereka yang telah menyiapkan keajaiban – keajaiban kecil disekitarmu, mereka yang berlelah payah agar kamu tampil ‘normal’ dihadapan temanmu, mereka yang menjaga kemauannya hanya agar segala kebutuhanmu tercukupi untuk pastikan kamu bahagia—teganya kamu bikin kecewa?
Mudah-mudahan kamu bukan termasuk anak yang seperti itu. Tapi jika kamu memang seperti itu, pandanglah lagi mata ibumu atau rasakan gebas kulit ayahmu saat tidur. Saat itu kamu akan paham, kalau tanpa mereka, tanpa keajaiban kecil yang mereka ciptakan... kamu tidak akan ada, dan kamu bukan apa –apa.
Bahagiakan Orang tuamu, ubah marahnya menjadi senyuman, ubah air mata dukanya menjadi air mata bangga.