Kudengar Teriakmu

6 Bulan Lagi kudengar teriakmu
--Halaman Depan Kedang1914

Selasa selepas subuh, 13 Mei 2014

Tanda

Embun masih berkejaran dengan cahaya matahari dari belahan kepala pulau Ketapang. Baru saja subuh dituntaskan istri dengan salam, tanda 'dia' akan datang sudah terbit.

Baru saja embun merembes di aspal, ban si Merah telah menggerusnya, menggumpalnya dalam laju menuju Rumah Sakit Fatima, rumah sakit terdekat dari rumah.

10 Menit diperjalanan, ban simerah susah menanjak menaiki jalur masuk UGD. Telunjuk perawat jaga memberitahu arah yg harus kami tuju; Ruang Bersalin.

Pembukaan Seujung Jari

"Masih seujung jari" kata bidan di ruang bersalin "sudah harus dirawat, bapak tolong beli UnderPad di Farmasi"

Pagi, Pukul 7
Dokter Kandungan berpakaian kemeja rapi masuk kedalam berjalan santai menuju ruangan bersalin.

"Kate Dokter, ketubannye hijau, ditunggu jak"

08.00
"Mulas?"
"dikit"
Telpon selular berbunyi, telpon dari temannya.

12.00
Matahari hendak sedikit beranjak dari tahtanya, salam baru saja diucap, telpon seluler dikantong berdering.
"Gus, cepat ke sene'" suara ibu membibitkan pemikiran gelisah.

12.10
"Kau tanya Dokter, katenye mao di operasi, Takut dedeknye terinfeksi"

12.15
"Ye?"
"Ndak, masih bisd normal kak"
"Kate dokter kalo dak sekarang, ade kemungkinan terlambat"
"Tunggu mak Ngah, kate  Mak Ngah bise normal mah"
"Tapi diagnosa dokter?"
"Iye..."
Suster masuk, memberitahu tindakan harus segera dilaksanakan, resiko kelahiran normal terserah pada pasien--dokter tak mau bertanggung jawab katanya--sudah diberi saran.
Air mata mengalir, diskusi sebentar, menangis lagi, akhirnya istri setuju. Suster membawa berkas persetujuan yg mau ditanda tangani.
"Kapan operasinya sus?"
"Sekarang pak, setelah ibunya disiapkan"
Ruangan putih itu menjadi limbung seketika, perut mual, bau cairan alkohol menyeruakkan kegelisahan yg sudah berurat akar sejak tadi.

12.36
"Ibu dan Bapak berdoa dulu, sebentar lagi ibunya di jemput"

12.40
"Kakak minta maaf" genggaman tangan menguat lalu terurai lepas, bednya dibawa menuju kamar operasi.
"Bapak silahkan menunggu diluar"
Lampu kamar operasi menyala

13.46
Kotak berisi bayi dikeluarkan dari kamar operasi, tapak2 gelisah bercampur suka bersilih ganti membimbing masuk ruangan.
Azan pelan menggema ku lantun pada telinga kanan bayi itu, bola mata hitam pekat mengenali sekelilingnya memandangku "SubanaLlah... Anakku, dia yg kunanti teriaknya pada dunia"
tapi gelisah belum purna.

14.01
"Misuanya ya pak?"
aku menjawab dengan anggukan kepala
"Come In, udah beres tuh" kata dokter sambil mengganti bot dengan selop tersenyum.

Gelisah telah purna, berganti rintik pengharapan.

"Kak, ambilkan Jilbab..."

"Alhamdulillah..."

Postingan Populer