Prinsip Membangun
Peradaban dibangun dengan prinsip yang mendasar; yaitu prinsip keyakinan bahwa Tuhan memberikan kita segala kemampuan untuk memulainya, asal kita mau dan belajar untuk mampu. Jadi ada dua yang membuat kita mampu membangun peradaban; yakin akan kemampuan yang diberikan Tuhan untuk melakukan apapun selama hidup dimuka bumi dan Kemauan Belajar untuk menjadi mampu melakukannya.
Mengapa Ummat - Ummat terdahulu di hilangkan jejaknya Oleh Allah? mereka sudah ada jutaan tahun dimuka bumi ini, menjadi makhluk berperadaban bahkan dipercaya memiliki tekhnologi yang lebih maju dari kita saat ini. Mereka membelah gunung dan bebatuan, membuatnya menjadi kota dan bangunan yang mewah. Lalu apa yang menyebabkan mereka tidak mampu terhindar dari bencana ?
Karena mereka kehilangan nilai ideal ketuhanan didalam dirinya. Mereka sudah terpapar prinsip kemelekatan pada dunia, kemuliaan nya hanya pada menumpuknya harta, cita - cita nya hanya menjadi penguasa yang bisa berfoya - foya, dan sudut pandangnya pada dunia dan seisinya hanyalah dari sudut pandang punya tak punya, ada tak ada; materialisme. Tuhan sudah hilang dari kehidupan mereka, berganti Tuhan - tuhan palsu bernama harta, kuasa dan kemaksiatan menjadi lumrah. Dampak utamanya adalah mereka kehilangan keyakinan bahwa diri mereka adalah bangsa yang mulia dan dimuliakan dengan pengetahuan. mereka tidak lagi berkeinginan menjelajahi alam dan mencari pengetahuan karena sudah tidak melihat kegunaannya pada hidupnya. Bagi mereka hal - hal yang tidak ada berarti tidak berguna dan tidak harus diperdulikan, Termasuk Tuhan.
Efek berikutnya adalah kehilangan rasa malu berganti 'asal senang'; hedonisme. Memakan bukan karena butuh tapi karena kepingin, berpakaian bukan karena ingin menutupi aurat tapi karena modelnya; jadi tidak masalah terbuka atau tidaknya, berkesenangan bukan karena mencari kebahagiaan tapi karena orang lain juga melakukannya jadi tidak masalah bagaimana caranya. Pada akhirnya, kebiasaan asal senang ini menciptakan generasi yang tidak lagi mampu menghadapi kesusahan, lebih mudah melampiaskan amarah, dan nafsu menjadi raja.
akhirnya, ketika bencana datang mereka tak mampu lagi menghadapinya, dan musnahlah peradaban itu.
"Dan berapa banyakkah umat - umat yang telah kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka, maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah pernah menjajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)?" (QS. Qaf : 36)
dan kita? bukankah penyakitnya sama ? maka sudah saatnya kita kembalikan nilai ketuhanan dalam prinsip kita berkehidupan, asas ketuhanan.
dari Nashiha edisi Agustus 2012 Tahun ke 4
Mengapa Ummat - Ummat terdahulu di hilangkan jejaknya Oleh Allah? mereka sudah ada jutaan tahun dimuka bumi ini, menjadi makhluk berperadaban bahkan dipercaya memiliki tekhnologi yang lebih maju dari kita saat ini. Mereka membelah gunung dan bebatuan, membuatnya menjadi kota dan bangunan yang mewah. Lalu apa yang menyebabkan mereka tidak mampu terhindar dari bencana ?
Karena mereka kehilangan nilai ideal ketuhanan didalam dirinya. Mereka sudah terpapar prinsip kemelekatan pada dunia, kemuliaan nya hanya pada menumpuknya harta, cita - cita nya hanya menjadi penguasa yang bisa berfoya - foya, dan sudut pandangnya pada dunia dan seisinya hanyalah dari sudut pandang punya tak punya, ada tak ada; materialisme. Tuhan sudah hilang dari kehidupan mereka, berganti Tuhan - tuhan palsu bernama harta, kuasa dan kemaksiatan menjadi lumrah. Dampak utamanya adalah mereka kehilangan keyakinan bahwa diri mereka adalah bangsa yang mulia dan dimuliakan dengan pengetahuan. mereka tidak lagi berkeinginan menjelajahi alam dan mencari pengetahuan karena sudah tidak melihat kegunaannya pada hidupnya. Bagi mereka hal - hal yang tidak ada berarti tidak berguna dan tidak harus diperdulikan, Termasuk Tuhan.
Efek berikutnya adalah kehilangan rasa malu berganti 'asal senang'; hedonisme. Memakan bukan karena butuh tapi karena kepingin, berpakaian bukan karena ingin menutupi aurat tapi karena modelnya; jadi tidak masalah terbuka atau tidaknya, berkesenangan bukan karena mencari kebahagiaan tapi karena orang lain juga melakukannya jadi tidak masalah bagaimana caranya. Pada akhirnya, kebiasaan asal senang ini menciptakan generasi yang tidak lagi mampu menghadapi kesusahan, lebih mudah melampiaskan amarah, dan nafsu menjadi raja.
akhirnya, ketika bencana datang mereka tak mampu lagi menghadapinya, dan musnahlah peradaban itu.
"Dan berapa banyakkah umat - umat yang telah kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka, maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah pernah menjajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)?" (QS. Qaf : 36)
dan kita? bukankah penyakitnya sama ? maka sudah saatnya kita kembalikan nilai ketuhanan dalam prinsip kita berkehidupan, asas ketuhanan.
dari Nashiha edisi Agustus 2012 Tahun ke 4