Kumpulan Puisi 1: Prosesi Kepulangan


1
Dipuncak Sidrah
Di Malam Mi’raj

cerapi langit dalam cahaya
pecahlah angkasa di lingkungi pelita
terbang membara mencapai sejuta kata

air mata itu sudah berembun
ber-safar dalam diri
adakah langit demi langit yang terkubur rapat 
dalam gema dan suara yang tak kemat

Aku tak berjalan, 
hanya partikel yang ikut dalam cahaya
membuncah pecah
di angkasa...

Mencerap cinta di puncak Sidrah
mengurai gelisah,
uapkan air mata
bertemu sempurna dalam gulita
mengangkasa bara

dan berkata dalam sejuta kata sempurna
hasil sadapan getah sidrah
bertemu dalam ingatan, bertemu dalam keberserahan

dan aku tak berjalan
hanya gulita yang terikut dalam sinar
demikian kau, kau tidak bergerak
hanya sempurna dalam keberserahan























2
Esok

Bisu masa tak bersuara, sepi
besok aku kelam, namun tetap kuterjang
biar seribu luka, aku tak bisa lagi berlari
aku ini sunyi, aku besok pergi pada kelam

24 Agustus 2005

















3
DOA

Aku nestapa
berharap pada yang tiada
aku papa
berdoa pada Mu


















4
Bisu

Siapakah yang bermahkota
bila aku adalah papa
siapakah yang berbicara
bila aku bisu?













5
Prosesi Kepulangan

Memapah Bunga di malam hati
azan cinta tandai masa
Bintang - bintang menghilang
bulan bersembunyi

dibenamkan dalam
menempuh perjalanan cinta terakhir
untuk pulang, untuk pulang
pada hitam, diharibaan rasa

Upacara ini bertabur bunga
bunga - bunga hitam
yang terbang di langit - langit kelam
yang hilang dalam tebaran mendung
yang merangkak temui diri
yang tiarap dipeluk cinta
yang bersalam untuk bara
dan pakaian ini
adalah harta yang tersisa
untukupacara dimalam kelam
di bintang mati
 24 Agustus 2005 
6
Jenuh
Kembara ini tuntas
di dermaga senja sunyi
disenyuman langit kelam petang

pulanglah,
kembara ini air mata
tak akan kite temui cinta
yang telah embun, sedang
kita awanpun belum

lautan ini batasnya,
perjalanan ini penuh duri
yang lukai hatimu, yang remukkan hatiku
kembara ini air mata
bukan embun
karena kita masih bara

selamat tinggal,
labuhan ini tugu lelah kita
biarkan berlalu
untuk semaikan benih
diladang yang pernah kita bakar.
aku jenuh dinda. pada perjalanan kita
24 Agustus 2005
7
Sunyi

Debaran yang meronta
di dalam dada,
bergema ke seluruh rasa
aku ini cinta
yang membara dileguhan rasa
aku ini bara
yang lari, lari pada kelam
bukan pada semesta ini
samudera mu mengaliri sanubari
namun
rembulan yang benderang 
dijelang fajar cinta itu
bekukan hatiku untuk melihatmu
namun
bintang terang di fajar itu
lupakan aku
bila 
kau adalah mimpi
bila 
kau adalah samudera
yang semesta, sedang aku fana

24 Agustus 2005






8
Metamorfosa I

Yang melihat hanya buta
yang mendengar hanya tuli
tapi aku hidup dari kematian
tapi aku menyala di padang kelam



















9
Metamorfosa II

dan kenyataannya
aku terbunuh pisau waktu
aku terperangkap dijelaga cinta
aku menjadi tiada dalam ada











10
Metamorfosa III


Di telaga ini, Tuhan
aku mereguk, namun angkara
semaikan fana - fana yang nyata
dian - dian yang kelam
aku - aku yang lain
dan angkara kubur aku
di bara unggun diriku yang ini

bukan
bara yang merah,
namun biru, namun putih
namun mati











11
Metamorfosa IV

Rembulan disemak renggas
ilalang berayun mati
membara di baka
membara di cinta
dan hidup adalah hati
yang mati
yang hidup 
yang sunyi
nyawaku, nyawa ini, nyawa semesta

















12
Metamorfosa V

Tuhan, 
duka ku, duka cinta
duka ini luka, luka ini perih
perih ini buta,
menusuk, merasuk
hancur. Dan mati

















13
Metamorfosa VI


Dan kubur aku, tapi tidak disini
yang angkara

















14
Metamorfosa VII

dan aku ini papa lelah, Tuhan












Postingan Populer