Dalam Tombok ada buang, Dalam Buang ada Isi

Kita mestilah hadir sebagai pejuang, tiada yang sia2 yg dijalani, dalam tiap tapak ada selalu ada yg berarti, dalam tiap jenak selalu ada yg didapati.

Seorang Pesilat Tanah Kayong mengerti benar makna keberartian, mereka memukul tapi tetap menjaga diri, karena itu pukulan (tombok) di silat tak pernah panjang hingga membuka bagian tubuh, bila tangan kiri menombok tangan kanan siap menutup begitupun sebaliknya. 

Demikian pula ketika mengelak (membuang), selalu ada kesiapan untuk menyerang, buangan tangan saat datang serangan adalah buangan berisi, maksudnya tak sekedar menghindar tapi juga sebuah pukulan berarti pada penyerang.

Itulah hidup sang pejuang, kita hidup sebagai petarung, petarung2 di Jalan Allah, Ghazi, yg selalu siap sedia, karena kelalaian hanya akan sebabkan kebinasaan. Maka hidup ini harus senantiasa diniatkan dalam keberartian, masa kini untuk masa depan, fajar muda di lakukan untuk saat senja menjelang.

Semua manusia tak bisa hindar dari masa lelahnya, masa bosan dan suntuknya, masa ingin bersenang2nya, maka saat itu adalah saatny kita butuh Istirahat yg sempurna. Tapi segalanya harus berarti dijalan para pejuang, bagai seorang pendaki, selain pilihan untuk naik kepada kemuliaan atau turun pada kehinaan, kita pada jenak2 tertentu bisa memilih untuk ambil waktu istirahat, kumpulkan tenaga untuk kembali jalani jalan kemuliaan ini, bukan untuk berhenti apalagi menyerah kalah.

Dalam tombok ada buang dalam buang ada isi adalah tentang keberartian, tak boleh ada yg sia2 di dunia ini, bahkan dalam masa istirahat kita tetap menjaga diri untuk tak maksiat, karena maksiat adalah kelalaian yg mengalahkan kita dari musuh sejati dijalan ini ; Nafsu.

Postingan Populer