2. Tapokkan Cakar

Seorang pelaut ulung adalah pelaut yg kenal dengan medannya, dan akan nampak keahliannya ketika badai menerpa, sedang ketika tenang menyapa, ia dengan santai akan melaluinya.
Seperti laut, hidup kadang bergejolak dan membutuhkan keahlian kita untuk melalui atau meredakannya, tapi kadang pula hidup mengalir dengan tenang maka saat itu yg kita perlukan adalah menikmati suasananya tapi tak boleh lupa untuk terus melatih keahlian.
Seni menapok cakar adalah seni pendekar kelas tinggi, mereka kadang menyaru hidup bersama masyarakat biasa, hidup dengan penghidupan sebagaimana adatnya manusia, tapi begitu tenaganya diperlukan, mereka sigap memenuhinya.
Menapok cakar sampai saat diperlukan akan membawa keuntungan ketika beradu jurus, para pendekar kelas teri kan habis jurusnya terbaca musuh karena setiap hari selalu dipertontonkan, sebaliknya pedekar sejati susah ditebak geraknya karena tak pernah dilihatkan, dan dalam pertarungan apapun; unsur kejutan selalu berhasil menjatuhkan lawan.
Hidup yg tenang tak perlu orang2 dengan keahlian tinggi, cukup seorang pemimpin yg merakyat, seorang yg mengajak kepada kebaikan dengan rahmat, dan menumbuhkan cinta di masyarakat. Beda saat masalah terjadi, kita memerlukan panglima yg bermartabat, kesungguhan dalam menindak maksiat, dan tindakan yg membuat segan rakyat. Saat itulah cakar terbuka.
jangan malah dibalik, saat tak ada masalahpun pakaian perang tak dilepas, rakyat ditekan, khalayak diperas, keahlian dipertontonkan, akhirnya yg ada masyarakat kan membenci, orang kan menunggu saat kejatuhan.
Para Laskar Sungai Limat, pada perang Tumbang Titi 1914 adalah pendekar ulung, ketika perang satu kompi pasukan Kolonial yg dibantai tanpa ampun tapi begitu pulang mereka tak merayakannya, mereka kembali ke ladang2 dan humanya seakan mereka baru pulang berburu.
Cakar menapok Cakar, tidak kan lepas pohon dari akar, Haruslah tau siapa yg mencabar, itulah tanda seorang pendekar

Postingan Populer