Setiap Pilihan Butuh Pengorbanan (4)
KADANG pilihan itu tampaknya mudah, tergambar keindahan dan kebahagiaan membuat kita rela berlelah-letih berjalan menuju arahnya, karang dan batu terjal rasanya akan kita terjang, tapi itu sekedar tampaknya. Bahwa kemudian jalan terjal dan berduri itu benar benar kita hadapi, kadang kala kita malah berlari pulang.
Seperti itulah surga, betapa keindahannya menjadikan setiap kita hendak menuju ke arahnya, betapa sungai -sungai nya membuat kita rindu, betapa istana istana membuat kita ingin cepat kesana.
Namun langkah itu seakan menyurut ketika jalan itu penuh duri, semaknya belukar dan rintangannya adalah jurang yang dalam.
Jurang yang akan memisahkan manusia dari kesenangan duniawi, kesenangan atas kesempatan muda yang tak terulang lagi, kesempatan untuk kesana kemari dengan teman dan kekasih hati, kesenangan untuk memakai pakaian keluaran terbaru yang datangkan puji.
Jalan itu terjal namun ujungnya adalah kebahagiaan, di sini perpisahan namun di sana adalah pertemuan, di sini terkucil namun di sana penuh dengan pujian dan cinta...
...Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutra. Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat. (QS. Ar Rahman :54)
Surga itu adalah indah, namun sekali lagi jalan menuju nya tak mudah, karena mudah bukanlah pertanda bagi keindahan. Siswa yang ingin prestasinya baik tentu harus berkorban waktu dan tenaga untuk mencapainya, tak ada satupun kesuksesan dan kebahagiaan yang dapat di raih dengan nyaman, apalagi surga, yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disana, siapa yang memasukinya tak akan keluar lagi, kekal di dalamnya bersama seluruh keindahannya.
Lelaki yang Menyonsong Surga
Dalam sebuah pertempuran dengan Romawi, Abdullah bin Hudzaifah salah seorang Sahabat Rasulullah tertawan, bersamanya tertangkap pula beberapa orang generasi tabi`in (sesudah Shahabat Rasulullah). Kepada para prajuritnya Raja Romawi meminta "bawakan padaku salah seorang Shahabat Muhammad" karena tak ada yang lain lagi maka di bawalah Abdullah Bin Hudzaifah ke hadapan Raja.
"tinggalkan agama mu"perintah sang Raja "Demi Allah, jika kau potong tubuhku kecil kecil, aku tak akan meninggalkan agama ku" ,mendengar hal ini raja tak kehilangan akal, apalah artinya sakit di bandingkan kebahagiaan, manusia biasanya lebih tahan untuk taat dalam kesakitan dari pada kemewahan, maka Raja berkata "Tinggalkan agamamu maka kau berhak atas separuh harta kerajaanku!" tapi jawab Ibnu Hudzaifah "Demi Allah, jika kau memberiku seluruh harta dunia ini yang nilainya tak lebih dari pandangan sebelah mata, aku tak akan meninggalkan agamaku!" maka rajapun murka "Jika demikian, Aku akan membunuhmu”
Abdullah Bin Hudzaifah tak gentar, tak perlu takut, karena teman-teman nya pun merasakan yang lebih parah, Bilal Bin Rabah harus di tindih batu di Terik Matahari Makkah, Ibu Ammar harus Syahid di tikam tombak dari kemaluannya, dan dia hari ini akan merasakan kenikmatan yang sama, Pertemuan yang merindu dengan yang di rindukan "Aku Sangat rindu untuk bertemu Allah", Raja pun makin murka, ia pun menyiapkan sebuah tungku api yang besar. Sebuah tungku pembakaran untuk seorang Shahabat mulia, yang saat didekatkan kepada api itu ia meneteskan air mata, ia menangis di depan panas nya jilatan api. Raja pun lalu bergumam," akhirnya, aku berhasil menundukkannya"
Demikian kah? Ketika di tanya mengapa ia menangis, apakah ia takut akan kobaran api itu?dengarlah apa jawab orang yang telah merindukan Jannah ini "Aku menangis karena nyawaku hanya satu. Jika saja aku memiliki banyak nyawa, maka aku akan sangat senang. Jiwaku akan mati seluruhnya untuk Allah" Api berkobar, Raja menjadi heran dibuatkan Olehnya, Sang Raja pada akhirnya membebaskan sahabat mulia itu beserta 80 Orang yang ditawan bersamanya.
***
Apakah yang menguatkan Abdullah Bin Hudzaifah, ialah Surga, apakah yang menyebabkan Asma` Binti Abu Bakar berkorban keselamatan mengantarkan makanan ketika Rasulullah dan Abu Bakar Hijrah? Ia lah Surga. Apakah yang meneguhkan hati Maria untuk mereguk indahnya iman, ketika nyawa hendak lepas dari tubuh dalam novel Ayat Ayat Cinta? Ialah Surga.
Karena Surga adalah pilihan mudah, namun jalan menuju nya adalah terjal. Karena memilih Surga adalah keinginan, namun cara nya begitu sulit ketika Iman bukanlah pilihan, karena taat bukanlah keputusan.
Saudariku, adalah surga memberikan padamu keindahan, bukanlah kesakitan. Tapi kebanyakan dari manusia malah berlelah tubuh dan hati mengejar dunia dan isinya "yang tak lebih dari sebelah mata", padahal dunia ini adalah hina dan rendah serta murah, ketika kau mendapatkan pujian dari teman mu karena berani melepas jilbab, mendapat cinta dari yang kau damba karena melanggar hak jilbabmu, apakah yang kau dapat setelahnya, benci dari teman karena sikapmu dan putus dari kekasih karena bosannya?
Saudariku, Surga itu pilihan yang mudah, namun harus di bayar dengan seluruh hidupmu, tak sulit jika iman dan taat yang kau pilih, tak mudah jika kufur dan ingkar yang putuskan.
Pilih dan putuskanlah, karena hidup itu adalah pilihan dan keputusanmu, bahwa kemudian engkau memilih untuk kufur dan ingkar serta neraka dan lalu pintu surga tertutup bagimu itu karena memang keputusanmu, putuskanlah sekarang.