Seberapa Jauh Berjalan, seberapa jauh mundur ke belakang

Mungkin ini sebuah ajakan yang ambisius, ditengah-tengah kondisi pemuda yang sudah terlalu lama terlena pada apa yang dijalani, apa yang didapatkan, apa yang ada dihadapkan. Mungkin ajakan ini tak akan bergema di qalbu yang sudah lama tak berfungsi, terkalahkan oleh nafsu otak yang menyempitkan pemikiran dan rasa. Ajakan ini adalah ajakan Ishlahunnafs, memperbaiki kehidupan dari dalam diri. Ajakan untuk membawa kebaikan dalam ke luar, memenuhi janji untuk mengadakan perbaikan, bukan sekedar janji untuk ditertawakan..tawa yang hambar.


Sahabat,
Berhentilah sejenak. Di satu sudut hidup ini, berhentilah sejenak untuk menghitung kembali sudah berapa banyak jarak yang kita tempuh, sudah berapa banyak kita mengalami kemajuan sejak kita patrikan didalam diri untuk mengadakan perbaikan? Atau malah surut kebelakang? Seberapa jauh kita melangkah malah membuat kita terlempar jauh lebih buruk dari sebelumnya?

Padahal seorang tak akan mencapai kesuksesan luar biasa bila hari ini sama seperti kemarin atau malah lebih buruk dari yang kemarin.

Berhentilah sejenak untuk menakar kembali perjalanan jauh yang kita tempuh, apakah membuat kita lebih baik atau malah jadi lebih buruk. Apakah dari mulai kita baligh, suatu masa yang menandakan kita beranjak remaja dimana tanggung jawab seluruhnya sudah menjadi milik kita, kita malah menjadi semakin buruk dan buruk? Jika ya, maka kita bukannya maju, tapi malah menyurut ke belakang.

Apakah ketika kita masuk SMA menjadi lebih buruk atau menjadi lebih baik, apakah kita telah memberikan pengaruh positif atau malah terpengaruh negatif teman – teman kita? Jika semua jawabannya adalah negatif maka sebaiknya hentikan langkah dulu disini. Tarik nafas dalam – dalam, kemudian ambil sebuah keputusan, Berubah atau Hancur.

Hidup itu adalah murni pilihan demi pilihan, bila kehidupan adalah sebuah garis lurus dimana pada pangkalnya adalah kelahiran sedang ujungnya adalah cita – cita, maka antara kedua titik itu akan ada titik-titik simpangan yang bila kita salah dalam memilih simpanganya maka kita akan tersesat, jangankan untuk kembali pada garis lurus cita-cita, kita malah semakin jauh dan jauh dalam kesengsaraan, yang ketika kita sadar pun pada akhirnnya nanti,kita sudah tak punya daya lagi untuk kembali.

Maka jangan sekalipun lengah, karena kematian ada di titik yang tidak kita ketahui, maka tugas kita adalah menyibukan diri untuk selalu membuat pilihan dengan baik, belajar dari kegagalan dan terus memperjuangkan diri untuk menjadi lebih baik.

Ingat – ingat lagi janji kita pada diri, mau punya prestasi, mau punya motor sendiri, mau hidup mandiri, mau bahagia, mau sukses, mau jadi pintar, mau jadi orang baik, namun tak sekalipun kita melangkah, kita terlalu sibuk menghitung hitung kemungkinan KEBERHASILAN sama dengan SUSAH,  tanpa sekalipun kita mencoba menapaki jalan menuju KE mau AN itu. Padahal tak akan ada ribuan langkah tanpa satu langkah pertama, tak akan ada orang yang baik tanpa mengarahkan langkah menuju kebaikan itu. Maka bergeraklah.

Karena gerak itu adalah misi orang hidup, maka siapa yang punya mimpi namun tak bergerak untuk meraihnya maka sama saja dia dengan mati. Siapa yang menikmati berada dilubang pergaulan bebas, minuman keras, kebodohan, kemalasan dan lain sebagainya maka tak akan ada kesempatan yang akan teraih. Bila kata nya bahwa mereka menunggu nasib, maka Allah tak akan memberikan nasib baik bagi mereka yang menikmati nasib buruk mereka. Allah tak akan mengubah nasib suatu kaum, sampai kaum itu merubah nasib mereka. Allah dengan segala kekuasaan Nya hanya menurunkan hidayah bagi siapa yang mengejarnya, bukan yang diam dan menikmati apa yang ada dihadapannya.

Jika pada hari ini kita tidak bersegera melakukan perbaikan maka apa yang dituju akan semakin jauh, seberapapun jauhnya kita melangkah hanya membawa kita surut kebelakang. Seberapa banyakpun pujian kawan, kepuasan diri karena dapat menaklukan lawan jenis dengan jalan tak baik, kemenangan tanpa usaha yang benar, kesuksesan dengan membohongi diri, hanya akan membawa jiwa kita pada kekeringan, kita seperti meminum air laut, semakin di minum semakin haus. Kita tak akan mampu merasakan kepuasan, karena kepuasan sejati hanya diberikan oleh Allah, sedang kita hanya berusaha untuk meraihnya, langkah terakhir usaha maksimal kita, adalah langkah pertama Allah menjawab doa doa kita.

Imam Syafii mengingatkan “Jika engkau tidak menyibukkan nafsumu dengan kebenaran, maka dia akan menyibukkan dirimu dengan kebatilan”. Bila hari ini kita tidak memutuskan untuk melakukan perubahan maka kita sedang bersiap – siap untuk menghadapi kerusakan. Jangan menunggu besok karena besok adalah hari tersibuk, bukankah sudah berkali-kali “besok” yang ada dalam rencana kita,  namun tak satupun “besok” yang mempengaruhi kehidupan kita, hari inilah saatnya, besok siapa tahu bukan milik kita lagi.


Jangan berhayal akan esok, apa yang ada hari ini itulah modal kita untuk keluar dari keadaan ini. Ini saatnya menjauh, belajar dari kegagalan, marah pada keadaan yang tidak baik, dan gunakan momentum saat ini untuk menjadi lebih baik. Hingga tiada langkah tanpa pencapaian prestasi diri, tiada hari tanpa kebaikan dan perbaikan. Itulah Ishlahunnafs, itulah taubat yang bernilai nasehat.

Postingan Populer