Karena Perintah Tak Menunggu Pemahaman (3)
PILIHAN yang teramat penting juga harus diputuskan antara taat menjalankan perintah atau meng-ingkari perintah itu dengan segala alasannya. Pentingnya Taat atau ingkar adalah karena posisinya yang berada dalam alam nyata, inilah Iman; yang di Yakini dengan Hati, dibenarkan dengan lidah dan di laksanakan dengan perbuatan. Bila Iman yang kau pilih pada pilihan sebelumnya maka konsekuensi logisnya adalah engkau Taat kepada perintah dan menjauhi larangan Nya, dengan perbuatanmu.
Tapi kan saya belum paham...
Permasalahannya tak terletak sampai sejauh mana kita memahami suatu perintah, tapi seberapa besar kita hendak menjalankan perintah itu.
Karena Pemahaman tak menjamin kita melaksanakan, pengetahuan tak menjamin kita taat, namun tanpa pengetahuan kita lebih dekat kepada ke-Ingkaran, pengetahuan dan pemahaman adalah sarana ke arah ke taat an bukan Alasan sesungguhnya.
Ingatkah pada kisah Malaikat dan Iblis?
Keduanya dahulu sama, dan bahkan pada beberapa sisi, Iblis lebih tinggi tingkat kedekatannya kepada Allah, pengetahuan dan pemahaman nya membuatnya terangkat kesisi Allah.
Namun, ilmu dan pemahamannya tak membuatnya segera melaksanakan perintah Allah untuk Tunduk sujud kepada Adam, ia memilih ingkar. Dan Allah menjadikannya makhluk terhina, hingga hari kiamat.
Dan malaikat dengan ketundukan dan kepasrahannya kepada Allah memilih untuk taat pada perintah sujud kepada Adam, pemahaman mereka datang dari Allah dan tak ada yang diketahui selain apa yang di berikan oleh Allah: Mereka menjawab:
"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Baqarah:32)
Atau kau ingin taat tapi menunggu waktu yang tepat?
Ada hal di mana kita memerlukan dan menunggu kesiapan diri. Waktu yang tepat. Shalat Sunnat Tahajjud adalah contoh perintah yang memerlukan kesiapan dan waktu yang tepat.
Kita bisa menundanya hingga keadaan sepi dan sunyi, kita bisa menentukan waktunya. Keputusan, ada kalanya kita boleh mengulur waktunya, memerlukan waktu untuk berfikir, namun ada hal yang kita tidak boleh terlambat, walau sekejap.
Kesadaran untuk segera melaksanakan perintah wajib, kesadaran untuk memutar arah untuk kembali kepada Allah, kesadaran untuk berubah menjadi orang yang lebih baik adalah pilihan yang tak boleh di ulur. Kita harus mengambil keputusan, di sini, saat ini.
Dan kematian itu tiba tiba datangnya, dan jika ia mendahului kita maka binasa lah akibatnya.
Abu Lahab, paman Nabi, ketika mendengar tentang turunnya ayat Al Lahab yang menyebut berita kebinasaan nya, dia berujar
"Muhammad saw berbohong, suatu saat aku akan beriman dan aku akan selamat dari kebinasaan",
namun sampai waktu menjemput ia belum juga menyatakan ke-iman-an, binasalah akibatnya.
Suatu saat aku akan berubah, jika sudah menikah aku akan berjilbab, bukankah sama perkataan mu dengan perkataan Abu Lahab itu saudariku?
dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Munafiqun : 11)
Ada detik dimana hati kita menjadi tunduk kepada Allah, menjadi lembut di hadapan perintah Nya, menjadi ingin taat, kesempatan itu hanya sesaat namun pada kesempatan yang sesaat itulah harus kita putuskan hendak taat atau ingkar.
Kadangkala kesempatan yang singkat tak akan terulang lagi apalagi jika waktu terhenti, dan nafas tak kembali lagi, segalanya sunyi dan sepi, hanya kita dan amalan kita..
Sumber Gambar : devianart by zamzami