Bila engkau rindu, Aku lebih rindu

Masa lalu memang tak dapat diubah, namun hidup dalam keburukan karena masa lalupun bukanlah pilihan, sama saja saya terus memakan nasi basi. Hari ini adalah hari ini, dan saya nasehati diri saya sendiri untuk terus menerus berusaha kembali kepada Allah, bila penzinah, pembunuh dan penyembah berhala di ampuni, maka besar harapan Allah menyambut kembali diri ini. Allahu Ghafur, Allah Maha Pengampun, Allahurrahiim, Allah maha Sayang dari segala sayang.
Bukankah Demikian yang dijanjikan, bagi orang – orang yang besar kesalahannya seperti saya?
Bukankah Ibnu Qayyim Al Jauziah bercerita bahwa kasih sayang Allah melebihi kasih sayang seorang ibu yang melihat anaknya pergi dari rumah karena marah pada nya, lalu si anak menjauh dan semakin jauh, namun Ibunya masih saja membuka kan pintu, menanti, hingga petang menjelang, sang Ibu menutup pintu, tapi tetap menanti hingga jatuh tertidur.
Adapun si Anak, setelah jauh berjalan, memohon kasih dan sayang dari banyak orang, akhirnya tersadar bahwa hanya kasih sayang ibunya yang di cari, maka dia berlari kembali dengan berurai air mata, tapi di pekarangan rumah, didapatinya pintu sudah tertutup. Maka meraung, menangis, berteriaklah si anak memanggil ibunya, seperti itulah perasaan diri ini yang remuk hendak kembali berjalan bersama Allah, maka diri menasehati diri, teruslah bermohon jangan berhenti. Si Anak ini kelelahan dan tertidur.
Sang Ibu terkejut dari tidurnya, lalu membuka kan pintu, demi dilihatnya anaknya yang tadi marah dan kesal tidur dengan uraian air mata dan sesegukan sekali sekali, Ibu itu menggendongnya, memapahnya dan menidurkannya di Peraduan beralas sutera, si Anak sudah kembali dan Sang Ibu dengan kasih sayangnya memaafkan.
Kasih sayang Allah berada jauh dari kasih sayang ibu itu, maka di balik remuk hancur itu, Allah janjikan akan datang, memeluk dalam haribaan Nya, mengampuni dosa walau seluas samudera, walau segunung tinggi, asal diri ini datang dan kembali pada Nya.
Allah, seluas laut dosaku, Luasilah dengan samudera ampun kita, setinggi gunung dosaku, halaulah dengan tiupan angin kita, diri yang remuk ini, tata lah ya Allah, dan warnai-lah dalam warna – warna kita.
Aamiin,
Diri, sejauh engkau berjalan, cepatlah kembali, Diri, selelah engkau berlari pulang, akan dijemput dimanapun engkau hilang
Diri, Bila engkau rindu, Aku lebih rindu.
Diri, Bila engkau rindu, Aku lebih rindu.