Bahtera Kehidupan
Orang yang ilmunya dangkal adalah orang yang pandangan matanya pendek. Bila hujan, mereka hanya mampu memandangnya sebagai air yang jatuh dari langit. Mereka tak mampu melihat awan, apalagi menatap air yang menguap dan menjadi partikel pembentuk awan.
Orang yang ilmunya dangkal hanya mampu melihat dalam jarak pendek, sekarang. Tapi mereka tak akan mampu melihat dalam jarak jauh, belajar dari masa lalu untuk kebaikan di masa yang akan datang.
Ilmu yang baik akan membawa pengetahuan yang luas, jauhnya pandangan, mampu melihat kilat dibalik cahaya. Ilmu yang membawa pengetahuan akan mengikat jiwa kita dalam kesadaran yang sama dengan kesadaran Nuh.
Mereka bilang buat apa membuat kapal, Nuh tak bergeming, mereka bilang; bila memang Kapal itu untuk di laut mengapa dibuat di Gunung tinggi, Nuh tetap bekerja. Karena Ilmu yang Nuh dapat dari Wahyu adalah ilmu yang teryakini dengan jiwa, mengikat dalam idealisme, dia tahu inilah jalan nya, jalan yang membawa keselamatan bagi dia dan pengikutnya, selebih itu ilmu menghasilkan kerja-kerja yang berhasil guna. Dia mempunyai ilmunya dan dia mengetahui, sedang ummat nya tak mengerti, melihat dalam jangka pendek, melihat luasnya lautan tapi tak pernah mengukurnya.
Semakin banyak ilmu yang didapat, semakin banyak yang kita ketahui dan dengan semakin banyak yang kita ketahui semakin banyak pula yang dapat kita raih. Ilmu terbaik yang kita miliki adalah mengetahui dari mana, kemana dan pada siapa kita kan kembali. Itulah Tauhid.
Dengan Tauhid langkah menjalani hidup akan terasa mudah karena kita tak akan merasa susah dengan keadaan kita dan keadaan sekitar kita, disebabkan telah mengetahui dari mana semua ini berasal dan kemana semua ini akan beranjak pergi. Cobaan yang datang silih berganti akan sirna, karena ia ada asalnya dan setiap yang berasal akan kembali kepada asal mulanya.
Hanya Tuhan yang tiada berasal dan tak akan kembali kepada Asal, karena itulah bila kita memandang hanya Tuhan, maka kita kan hidup dilingkungan Nya, lingkungan dimana Hanya Tuhan yang punya kuasa kepada diri kita, dilingkungan yang Luas, dengan keyakinan sepenuh jiwa bahwa seberapapun besarnya masalah, tak akan melebihi Kemaha besaran Allah dan Rahmat Nya.
Dengan Ilmu Tauhid yang kita miliki, kita kan tersadarkan bahwa masalah tak akan selamanya hadir, ia kan musnah seiring jarum jam yang berputar, hanya Allah lah yang abadi yang lain akan musnah, sirna di terbangkan angin. Yang punya ilmu Tauhid kan teduh dibawah naungan Allah, yang tak punya akan gelisah karena masalah, akan gundah karena musibah. Hanya Allah yang abadi, sedang manusia terukur usia, sedang masalah terukur solusi yang hanya sejauh jangkauan lutut dan tempat sujud.
Dengan ilmu Tauhid, tak akan ada tempat berserah bahkan kepada diri sendiri, semua hanyalah Allah, karena Allah pencipta kita, maka hanya Allah yang tahu cara terbaik me-Maintenance diri kita, maka hanya kepada Allah kita kembalikan diri ini, dan hanya kepada Nya lah kita meminta pertolongan. Iyyaka Na’budu Wa Iyya Kanasta’in.
Separuh jalan yang terjal akan terasa nikmat dalam kasih sayang dan kerinduan disertai rasa harapan penuh pada Allah,Raja’. Separuhnya lagi adalah jalan teduh yang berhias bunga kecintaan, Mahabbah. Tiada yang susah bila semua dengan Allah, Allah Maha Halus dan lembut, Allah Maha hadir dan Maha Kasih.
Dengan Ilmu Nya Allah memberikan kita Ilmu mengetahui Luas kasih Sayang Nya, Tinggi kekuatan Nya, Dalam kelembutan Nya, dan Samudera Ampunan Nya. Allahu Rahman, Allahul Aziz, Allahu Latiif, Allahul Ghafuur.
Orang yang ilmunya dangkal adalah orang yang pandangan matanya pendek. Bila Musibah datang mereka tak mampu melihat Allah dan kasih sayang-Nya, mereka tangisi kehilangan cinta, tapi mereka tak pernah menangisi hilangnya Allah dari diri. Seperti Nuh, Bahtera yang dibangun adalah perlambang pengetahuan yang menyelamatkan dari ilmu yang diraih dengan keimanan dan tauhid. Semakin banyak yang kita ketahui semakin besar kemungkinan kita selamat dalam perjalanan. Hanya Allah di setiap keadaan.
Khalaqal Mawta Wal Hayata Liyabluwakum Ayyukum Ahsanu Amala, Wa Huwal Azizul Ghafuur.(QS. Al Mulk ;2)