Curhat : Marah Tiap Malam Jumaat

Saya seorang pelajar putri, prestasi saya sangat bagus disekolah bahkan saya meraih Peringkat 1 di SMA saya saat ini. Orang tua saya amat mendukung kegiatan – kegiatan saya demikian pula kakak yang sekarang sedang kuliah di Jogja. Tidak ada masalah dengan kehidupan saya, teman banyak, mudah bergaul serta (saya merasa) disukai banyak orang.

Namun, saya punya kebiasaan jelek yang ingin saya hilangkan yaitu pada hampir setiap malam Jumaat saya menjadi sulit mengontrol emosi, maunya marah – marah terus dan melampiaskannya pada orang terdekat. Saya jadi kasihan dengan orang tua, kakak atau bahkan teman yang menjadi korban. Akibatnya saya sering mengurung diri setiap kamis sore hingga melewati malam jumaat, Tapi itupun tidak banyak menolong, kamar saya dan barang – barang yang saya sayangi menjadi korban. Tolong, saya sudah capek dengan kebiasaan ini, saya ingin mengubahnya dan menjadi orang yang lebih baik serta saya takut kalau – kalau kebiasaan ini berkembang menjadi stress atau depresi.

Yun at Somewhere

 

Jawab

Yun at Somewhere yang baik hatinya, Stress atau Depresi tentu saja harus diperiksakan secara medis, dan seringkali orang yang mengidapnya tidak menyadari emosi mereka menjadi tidak terkendali, jadi ya satu yang tidak perlu kamu khawatirkan bahwa kamu masih sadar untuk merasakan emosi mu dan masih mencari pertolongan dengan mengirimkan emailmu pada saya; jadi bersyukur dulu ya J.

Kita seringkali susah membedakan mana sebab mana akibat jika sudah dalam masalah emosi, semisal Kita di Kejar Anjing, apakah kita lari karena merasa takut atau takut karena lari ? Karena ketidak pahaman tentang keadaan diri kita maka kita memutuskan untuk menyalahkan hal diluar diri dengan membuat alasan “Karena Anjing mengejar kita” padahal dengan keadaan tenang belum tentu pula anjing membuat kita takut atau mungkin anjing tidak terpikir mengejar orang yang tidak berlari didepannya. Hal diluar diri kita kadang tidak terlalu penting bila kita tenang dalam menghadapinya. Toh kalau kita dikejar anjing selain lari kita masih punya pilihan lain kan? Sekali lagi kalau kita mampu memahami keadaan dengan baik. Tapi itulah kita ya Yun.

Begitu juga yang saya baca dari tulisan mu Yun, emosi mu meledak – ledak ya? Ada rasa kesal terus – terusan yang kadang membuat punggung leher jadi tegang, nafas menjadi pendek dan maunya marah melulu? Wah itu wajar sih Yun, untuk ABABIL seperti kamu, tau kan ABABIL ya A Be Ge Labil (he..), kadang senang nya tidak ketulungan, eh suasana bisa cepat berubah jadi marah, hari ini suka besok benci, hari ini bahagia besok derita, ah itu sih biasa Yun.

Tapi kok Cuma malam jumaat Ya? Jangan – jangan? Hiii... Hush, cerdas dong, masa’ orang yang punya Tuhan takut sama khayalan? Gak ding ! Marah malam Jumaat ya sama saja dengan marah malam lainnya atau marah karena sebab yang gak kita sukai. Tapi karena kamu gak memahami sebab akibat kemarahanmu, maka kamu menyalahkan hal diluar dirimu untuk sebab kemarahanmu itu (ingat teori di kejar anjing tadi), yaa tidak beruntunglah si malam jumaat yang kamu salahkan. Perasaan sudah tersugesti untuk melepaskan amarah tiap kamis sore datang, alam bawah sadar menerimanya sebagai izin untuk bersikap mementingkan diri sendiri, akibatnya kamu menjadi sosok “lain” dimalam itu. Hush... bukan kesurupan, Cuma alter-ego kita sedang membajak pikiran sadar, beruntung kamu Yun gak parah, yang parah itu kalau sudah tidak sadar lagi kalau kamu marah.

Terus bagaimana solusinya, dalam ilmu jiwa untuk kasus seperti kamu ada yang namanya Reframming, membingkai ulang kejadian marah malam Jumaat itu. Langkah awalnya terima kemarahanmu, Kemarahan sekali lagi diterima karena memang sudah menjadi tabiat remaja (bahkan juga orang tua), nikmati saja, namun sebagai manusia kita juga berkeinginan menjadi lebih baik maka tambahkan kesabaran didalam dirimu saat kemarahan itu datang, bukan dengan menahannya tapi dengan melampiaskannya pada hal yang lebih positif semisal menulis puisi, cerpen, Novel fiksi mungkin? Kan bisa dikirim ke Lentera, siapa tahu dimuat... (hehehe...Modus). Kemarahan yang ditahan kelak akan meledak, namun kemarahan yang diarahkan dengan kesabaran akan menjadi energi besar yang mengubah hidup.

Langkah berikutnya adalah lebih praktis, anggap saja amalan tiap kamis sore,  kan sudah tahu Yun bakal marah hari kamis. Kenali gejalanya, entah leher menegang, nafas pendek – pendek, serba benci dengan orang, lalu Waktu gejalanya timbul, ambil kertas gambarkan kemarahan, terserah bentuknya... bisa kartun, bisa titik besar, bisa gambar tanduk, asal jangan gambar saya...(Piss..) lalu pandangi gambar itu lekat – lekat dan pejamkan mata... tarik nafas dalam... bayangkan gambar marah yun itu besaaar sekali, warnanya merah, seram... lalu lama - lama bayangkan bentuknya jadi kecil, kecil dan terus kecil sampai hilang, jangan buka mata sebelum gambar itu hilang sama sekali... tarik nafas dalam, dan bayangkan kemarahan udah hilang bersama hembusan nafas yang keluar... rasakan ketenangannya dan berdoa pada Tuhan untuk memberikan emosi yang lebih baik...

Oke ya Yun, selamat mencoba dan menjadi Yun yang baik hatinya.

 

Postingan Populer