Aku Tidak Menangis

Sedikit orang mengalami hidup seperti saya (hm,survey perlu dilakukan). Hidup indah sejak hari kelahiran jam 02.00 pagi Jum’at 24 Agustus 1984, Tangisan pertama saya terlambat beberapa jam dari tilawah penutupan MTQ tingkat provinsi di masjid Al Ikhlas tahun itu karenanya jangankan membaca Quran secara tilawah bahkan ngorok pun saya sumbang.

Dan sudah saya bilang sedikit orang yang seperti saya, sejak pertama lahir; saya lahir dengan mendatangkkan ke khawatiran banyak orang; Saya lahir dengan tali pusar melilit leher dan tidak bernafas.

Kehidupan itu indah, begitulah pikiran saya dipenuhi. Punya Bapak dan mamak yang membanggakan dan kakak – kakak yang semuanya perempuan adalah kegembiraan tersendiri, bayangan kau adalah anak bungsu dan satu – satunya anak lelaki dari bapak yang kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (diknas atau sekarang dikbud) dan mamak yang luas pergaulannya dari mulai PKK, Dharmawanita kabupaten hingga pengajian. Pendeknya, hidup saya indah.

Maka hidup yang seperti itu menjadikan moment Menangis adalah satu bagian langka dari hidup saya. Saya juga masih curiga jangan – jangan kebiasaan tidak menangis ini ada hubungannya dengan kelahiran terlilit tali pusar disubuh jumat itu. Jadi begitu saya mendengar kalimat “kan waktu lahir semua orang menangis?” saya jawab dengan lantang “Saya TIDAK’ ya iyalah saya tidak menangis, kan tidak bisa bernafas.

Bahkan ketika ditinggal wafat Bapak  saat usia saya belum lagi 12 tahun pun, saya tidak menangis. Tapi di moment itulah hidup saya yang ajaib dimulai.

 

Postingan Populer